January 26, 2012

you're still be my favourite reason to smile! : )

minta saran doong! ( janvier 18th birthday sneak peek )


Hari ini ulang tahun Janvier, dan alvinia siudah membelikannya kado. Alvinia menaruh kado itu dengan hati-hati didalam tasnya, seolah takut benda itu rusak.
Dan alvinia rela bangun tengah malam, lalu mengambil kunci mobil kakaknya. Ia dan kakaknya sudah membuat kesepakatan semalam, bahwa alvinia akan pinjam mobil kakaknya tanpa sepengetahuan orang tuanya. Dan dengan rayuan sekotak coklat hersey, nia, sang kakak mau memberikan kunci mobilnya.
Misi alvinia tengah malam ini adalah membuat kejutan dirumah Janvier. Jalanan di kota Jakarta sepagi ini masih sepi. Dan alvinia mengendarai mobil itu dengan kecepatan tinggi.
Pukul 23:56 alvinia sudah berada di depan pagar rumah Janvier. Diraihnya telepon genggamnya, lantas memencet nomor yang sudah ia hafal diluar kepala: nomor Janvier.
Tak lama kemudian telepn diangkat.
“halo?” jawab janvier serak. Jelas sekali bahwa kantuk sedang menjeranya setengah mati.
“hai jan. mind to look down from your window?” alvinia lantas tersenyum dan membuka pintu mobil.
Tampak gorden yang dibuka secara paksa dan tiba-tiba, lalu wajah janvier yang kaget tampak jelas.
Alvinia tersenyum, lantas membisikkan sebuah rangkaian kata.

“happy birthday, Janvier Aditya Pratama..”

***

Janvier lalu dengan segera menuruni tangga, dan berdeham beberapa kali sebelum akhirnya membuka pintu rumah. Dan alvinia sudah ada disana, dengan sebuah kotak kado ditangan, dan telepon genggam. Ia membetulkan poninya sejenak, lalu tersenyum.

“met pagi. Happy birthday sekali lagi, wish you all the greatest, my beloved best boy-friend!”

Dean janvier hanya bisa membeku ditempatnya. Tiba-tiba saja tenggorokannya terasa kering dan lidahnya kelu. Kejutan yang mengusik tidurnya ini sangat membekas, entah kenapa.

“lo kesini naik apa?” pertanyaan pertama yang berhasil dilontarkan janvier secara gamblang. Lalu sejenak kemudian  ia merutuki dirinya sendiri, mengapa dengan bodohnya menanyakan pertanyaan seperti itu.

“aku? Naik mobil kak nia. Biasa, sogokan pake sekotak hersey’s.” alvinia tesenyum.

“masuk dulu vee, papa mama kebetulan lagi diluar kota.” Janvier membuka pintu rumah, dan mempersilahkan alvinia masuk.

“mama papa pergi dari kapan? Kak roy mana?” alvinia bergegas masuk dan mengikuti janvier menuju mini bar didekat ruang tamu.

“mama baru kemarin pergi, kalo papa udah dari minggu lalu. Biasa, bisnis mereka kan emang gabisa berenti di satu tempat vee. Roy udah balik ke kos-an nya yang di bandung.” Jawab janvier sembari meracik cokelat hangat.

Ia lantas membawa dua mug berisi coklat panas itu. “yuk, ngobrol di taman belakang aja.” Janvier tersenyum lembut.

Senyuman yang tanpa disadari telat membuat pipi alvinia bersemu merah, dan kemudian membuatnya tersenyum simpul.

***
Janvier dan Alvinia kini duduk di ayunan pinggir kolam renang, di taman belakang rumah keluarga janvier. Ayunan itu bergerak pelan, seiring dengan angin pagi yang berhembus pelan. Dingin.

“ehm.. sorry nih jan, ada jaket ga? Aku kedinginan masa..” alvinia menoleh dan tersenyum malu. Janvier dengan sigap langsung berdiri. “bentar ya.”

Ia kembali dengan sebuah jaket berwarna abu-abu miliknya. “nih, pake aja.” Janvier mengulurkan jaket itu kepada alvinia, dan alvinia lantas memakainya.

“oh iya. Ini kado buat kamu.” Alvinia berdiri, meraih sebuah kotak yang diletakkan agak jauh dari ayunan.

Sontak janvier tertawa lepas.

“kok ketawa sih? Aku kan belum kasih kadonya?” alvinia mengerutkan alisnya bingung.

Tawa janvier makin meledak melihat kepolosan alvinia. “itu.. lo pake jaket gue.. kayak kelelep hahahahaha!” ujar janvier disela tawa lepasnya.

Alvinia melihat kearah dirinya sendiri, lalu tak lama ikut tertawa juga. “lagian sih, jaket kamu gede banget.”

Janvier makin keras tertawa, ketika alvinia kemudian mencubitnya dengan gemas. “udahan dooong ketawanya, ini kado buat kamu..”

Janvier perlahan berhenti tertawa dan membuka kotak kado itu. Sebuah boneka berukuran sedang berbentuk babi yang menggunakan sebuah topi berbentuk macan terlihat didalamnya.

“kok boneka?” Tanya janvier heran.

alvinia tersenyum dan menatap kearah bulan yang saat itu sedang bersinar indah.
“aku kasih boneka.. soalnya aku tau setiap orang itu punya privacy. Beberapa kali ketika kamu ada masalah, kamu memilih untuk ngga cerita sama aku. Aku sih fine-fine aja.. justru karna itu aku jadi mikir. Apa ya yang bisa bikin kamu lega? Bikin kamu ngga kepikiran dengan maslaah yang mengganggu pikiran kamu itu? Akhirnya pilihan aku jatoh ke boneka babi lucu ini.”

Ada beberapa detik yang diisi dengan keheningan.

“babi ini.. boneka. Boneka ngga bisa bicara. Dia nggak akan protes kalo kamu mau ngapain aja ke dia. Kamu mau cerita macem-macem ke dia, bisa. Ngga perlu cerita ke aku, ngga papa. Sekarang kamu punya babi kecil ini. Karna kadang yang kita butuhin itu Cuma pendengar. Bukan pemberi solusi. Jadi, sekarang, ngga ada alas an lagi buat kamu untuk bolos senyum setiap pagi. Ngga ada lagi yang namanya “gue lagi kesel, jangan ganggu dulu!” atau jutekan-jutekan lain yang biasa kamu lakuin ketika kamu bete. Kamu bisa kasih nama boneka ini. Suka-suka kamu.”

Alvinia menghela nafas sebentar.

“aku berharap sih, kamu suka sama kado ku. Dan semoga kadoku ini ngebantu kamu. Kalopun kamu ngga suka.. aku mohon jangan dibuang. Simpen aja. Taroh dimana gitu.. tapi aku sih berharap kamu suka.”

Dan kemudian janvier reflex memeluk alvinia.

“gue suka. Gue suka banget. Makasih..”

***

Malam itu dilalui alvinia dan janvier dengan mengobrol semalaman di ayunan. Bercanda, dan memberi nama untuk boneka babi itu. Janvier memberi nama boneka itu piggo.
Pukul setengah tiga pagi, ketika janvier asik bercerita tentang seorang temannya, alvinia tertidur. Dan ketika menyadari itu, janvier tersenyum lembut dan mengecup pipi sahabat kecilnya pelan. Raut lembut langsung muncul di wajahnya, dan ia membetulkan poni yang jatuh acak di wajah cantik alvinia. Di tangan kanan alvinia tampak sebuah gelang berbandul kupu-kupu cantik.
Gelang itu.. gelang yang membuat janvier ingin selalu pulang ke Jakarta. Yang selalu membuat janvier ingin memeluk gadis kecil yang dulu ia berikan gelang itu, dan mengatakan pada gadis itu bahwa ia tak akan pergi lagi dari gadis itu. Ia ingin mengatakan bahwa ia rela melakukan apa saja untuk tetap bersama gadis itu.
Apa saja. Seperti menghabiskan malam berbintang di ayunan, di taman belakang rumahnya.
Perlahan janvier berdiri, dan bergegas mengambil selimut di kamar.
Ia memakaikan selimut itu pada alvinia, lalu membelai kepalanya lembut.
Ia kemudian kembali duduk di ayunan itu, dan mengambil piggo, boneka pemberian dari alvinia.
Ia lalu menatap dalam kearah piggo, dengan senyum tipis melukis wajahnya. Ia berbisik dengan lembut,

“lo tau gak sih, gue sayang banget sama vee. Sayang..banget.”

***



hai readers! ini sneak peek untuk novel terbaru gue. masih butuh banyak sekali saran, jadi gue akan dengan sangat senang hati menerima segala macam saran dan pujian! leave your comment yaaah : ) grazie!

karenamu.


Aku bukanlah seseorang yang suka menunggu.
Bukan pula seseorang yang rela mengorbankan segalanya,
Hanya untuk sesuatu yang berarti untuknya.
Tapi demi dirimu,
Aku rela menunggu ratusan hari,
 ribuan jam,
 jutaan detik..
aku rela mengorbankan setiap waktu yang kupunya,
hanya untuk bersama denganmu dan melihat senyummu.

Karena kamu, perasaan tak terhingga itu muncul.
Karena kamu, rindu itu mengusik tidurku.

Karena kamu, aku jatuh cinta.



P.S.: i've sent this poem to a publisher, mohon doanya yah semoga bisa dimuat.. : D

welcome back!

hai blog. waduh, kelamaan ya gue ninggalin blog ini? *bersih2 sarang laba2*


deuh.. maaf deh.. biasa, sibuk banget jadi anak kelas 9 -_-


btw, 


selamat datang kembali! selamat menikmati karya dan cerita gue disini! : )